Ringkasan
MATERI AJAR
Hari/Tanggal : Rabu, 22 Januari 2020
Tema 7 : Kepemimpinan
Sub Tema 1 : Pemimpin di Sekitarku
PB : 5
Muatan : SBdP, IPA
Perhatikan notasi lagu “Butet” berikut.
Apa judul lagu tersebut? Dari provinsi mana asal lagu tersebut? Apa nada dasar yang digunakan pada lagu tersebut? Apa tanda tempo yang digunakan pada lagu tersebut?
Apa arti tanda tempo tersebut?
1. Berlatihlah menyanyikan lagu “Butet”. Berlatihlah terus hingga kamu dapat bernyanyi
1. Berlatihlah menyanyikan lagu “Butet”. Berlatihlah terus hingga kamu dapat bernyanyi
dengan baik. Perhatikan pula pengucapan syair lagu agar jelas dan dipahami oleh
pendengar. Kemudian, nyanyikan bersama teman-temanmu. Gunakan iringan
menggunakan alat musik yang ada di sekitarmu.
2. Nyanyikan lagu “Butet” dengan nada dasar yang berbeda. Rasakan mana yang lebih
2. Nyanyikan lagu “Butet” dengan nada dasar yang berbeda. Rasakan mana yang lebih
nyaman bagimu untuk menyanyikannya.
Arti Lirik Lagu “Butet”
Tangga Nada Diatonis Mayor
Tangga
nada merupakan susunan berjenjang, misalnya do, re, mi, fa, sol, la,
si, do. Dalam seni musik ada jenis tangga nada diatonis. Tangga nada
diatonis terdiri atas delapan nada. Tangga nada diatonis dibagi lagi dalam dua jenis tangga nada, yaitu tangga nada mayor dan tangga nada minor.
Tangga nada diatonis mayor memiliki interval (jarak nada) 1 1 ½ 1 1 1 ½ .
Perhatikan contoh urutan tangga nada diatonis mayor berikut.
C D E F G A B C ˈ 1 2 3 4 5 6 7 i
1 1 ½ 1 1 1 ½ Jika digambar, berikut tangga nada diatonis mayor.
Ciri-ciri tangga nada diatonis mayor biasanya sebagai berikut.
- Bersifat riang gembira.
- Bersemangat.
- Biasanya diawali dan diakhiri nada do.
Namun, tidak menutup kemungkinan diawali dengan nada 5 (sol) atau 3 (mi) dan diakhiri
nada 1 (do).
Kamu telah membaca bacaan “Tangga Nada Diatonis Mayor”.
1. Apa pengertian tangga nada mayor?
2. Apa ciri-ciri lagu bertangga nada mayor?
Kamu telah membaca bacaan “Tangga Nada Diatonis Mayor”.
1. Apa pengertian tangga nada mayor?
2. Apa ciri-ciri lagu bertangga nada mayor?
Amatilah gambar berikut.
Ayo Berdiskusi
Apa
perbedaan ciri-ciri fisik laki-laki dan perempuan setelah masa
pubertas? Diskusikan bersama teman sekelompokmu, lalu bacakan hasilnya
di depan kelompok-kelompok lain.
Pada Pembelajaran 2 kamu telah membuat karya poster/buklet tentang cara menyikapi masa pubertas melalui ciri-cirinya. Sekarang, presentasikan hasil karyamu di depan teman-teman dan guru. Lakukan bergantian.
Pada Pembelajaran 2 kamu telah membuat karya poster/buklet tentang cara menyikapi masa pubertas melalui ciri-cirinya. Sekarang, presentasikan hasil karyamu di depan teman-teman dan guru. Lakukan bergantian.
Sub Tema 1 : Pemimpin di Sekitarku
PB : 6
Muatan : PPKN, SBdP
Komandan Damkar Meninggal saat Menyelamatkan Anak Buahnya
Petugas pemadam kebakaran (damkar) bertaruh nyawa saat memadamkan api.
Tak sedikit dari mereka yang meninggal saat berusaha memadamkan api.
Seorang petugas pemadam kebakaran bernama Pak Saiful mengenang
komandannya yang meninggal saat memadamkan kebakaran di Blok M sekitar
tahun 2005. Komandannya yang bernama Pak Subandi tersebut, saat itu
terjebak kobaran api dan tidak dapat keluar. Selang air yang dibawa Pak
Subandi terputus. “Pak Subandi sempat melemparkan topi keluar sebagai
kode bahwa dia sedang dalam bahaya. Namun, tiba-tiba api meledak dan
mengenai tubuhnya,” ungkap Pak Saiful.
Pak Saiful menceritakan bahwa Pak Subandi merupakan seorang pemimpin
yang sangat peduli dengan anak buahnya. Meninggalnya Pak Subandi di
lokasi kebakaran itu pun karena dia berusaha menyelamatkan tim pemadam
yang sedang terjebak di dalam gedung yang sedang terbakar.
Petugas pemadam kebakaran yang telah rela berkorban tersebut saat itu
menjabat sebagai Kepala Sektor Pemadam Kebakaran Jakarta Selatan.
Pengorbanan Pak Subandi menjadi pelajaran dan motivasi untuk membangun
semangat anak buahnya dalam menjalankan tugas.
Pak Suhada, seorang petugas pemadam kebakaran yang telah 30 tahun
bertugas juga menceritakan pengalamannya. Banyak kejadian kritis yang
sudah dia lewati selama menjalankan tugas. “Kalau sudah di depan api,
saya sering berpikir jangan-jangan hari ini saya mati. Tetapi
alhamdulillah saya masih dikasih kesempatan hidup. Yang penting kita
tulus menjalani tugas. Jangan banyak mengeluh,” kata Pak Suhada.
Pak Suhada menceritakan kalau kaki kirinya pernah melepuh terkena air
panas saat memadamkan kebakaran di sebuah permukiman. Pak Suhada juga
pernah terkena setrum dan runtuhan atap rumah. Kondisi saat kebakaran
sangat riuh. Sering pemadam tidak sempat memeriksa kabel- kabel listrik
yang berserakan. Maka, risiko tersetrum pun harus dia hadapi.
Ayo Berdiskusi
Diskusikan tugas-tugas berikut bersama kelompokmu.
Tuliskan pokok-pokok pikiran dari bacaan “Komandan Damkar Meninggal saat Menyelamatkan Anak Buahnya”.
1. Apa yang dapat kamu teladani dari petugas pemadam kebakaran?
2. Nilai ketuhanan apakah yang diterapkan oleh petugas pemadam kebakaran?
3. Nilai kemanusiaan apakah yang diterapkan oleh petugas pemadam kebakaran?
4. Apa yang dapat kamu lakukan dalam upaya ikut membantu lingkunganmu
menerapkan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan? Presentasikan hasil
diskusimu di hadapan kelompok-kelompok lain dan Bapak/ Ibu guru.
Amati baik-baik notasi lagu “Gundul-Gundul Pacul” ini.
1. Apa judul lagu tersebut?
2. Dari daerah mana asal lagu tersebut?
3. Apa nada dasar yang digunakan pada lagu tersebut?
4. Apa tanda tempo yang digunakan pada lagu tersebut?
5. Apa arti tanda tempo tersebut?
Berlatihlah menyanyikan lagu “Gundul Gundul Pacul”. Berlatihlah terus dan mengulang-ulanginya hingga kamu dapat bernyanyi dengan baik. Perhatikan pengucapan syair lagu agar jelas dan dipahami pendengar. Nyanyikan lagu “Gundul Gundul Pacul” dengan nada dasar yang berbeda. Rasakan mana yang lebih nyaman bagimu untuk menyanyikannya.
Info
‘Gundul-Gundul Pacul’ adalah salah satu lagu daerah yang ditulis oleh
Sunan Kalijaga pada tahun 1400-an. ‘Gundul-Gundul Pacul’ adalah lagu
nasihat dari sang Wali bagi para pemimpin Jawa untuk mengutamakan
kesejahteraan rakyatnya.
Arti gundul adalah kepala plontos
tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan dan kemuliaan seseorang,
sementara rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. Dengan
demikian, gundul artinya adalah kehormatan yang tanpa mahkota.
Pacul
adalah cangkul. Orang Jawa mengatakan bahwa pacul adalah
papat kang ucul
(“empat yang lepas”), dengan pengertian kemuliaan seseorang sangat
tergantung kepada empat hal, yaitu cara orang tersebut menggunakan mata,
hidung, telinga, dan mulutnya. Jika empat hal itu lepas, kehormatan
orang tersebut juga akan lepas. Mata digunakan untuk melihat kesulitan
rakyat. Telinga digunakan untuk mendengar nasihat. Hidung digunakan
untuk mencium wewangian kebaikan. Mulut digunakan untuk berkata-kata
yang adil.
Gembelengan artinya “besar kepala, sombong, dan bermain-main” dalam
menggunakan kehormatannya.
Dengan demikian, makna kalimat ini adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota, tetapi pembawa pacul untuk
mencangkul (mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya). Namun, orang
yang sudah kehilangan empat indra tersebut akan berubah sikapnya menjadi
congkak (gembelengan).
Nyunggi nyunggi wakul kul, gembelengan . Nyunggi wakul (membawa
bakul di atas kepala) dilambangkan sebagai menjunjung amanah rakyat.
Namun, saat membawa bakul, sikapnya sombong hati (gembelengan).
Wakul ngglimpang
(bakul terguling) melambangkan amanah dari rakyat terjatuh, akibat sikap sombong saat membawa amanah tersebut.
Segane dadi sak ratan (nasinya jadi sehalaman) melambangkan hasil yang
diperoleh menjadi berantakan dan sia-sia, tidak bisa dimakan lagi (tidak bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat).
Komentar
Posting Komentar