sENIN, 13 Nov 2023

 


Hari/Tanggal                        : Senin, 13 November  2023

Muatan  Pembelajaran      :  

1. Pend. Pancasila             : Membangun Jati diri dalam kebhinekaan

2. Matematika                     : Pembulatan angka

3. Seni Budaya                   : Permainan tradisional

4. Bahasa Indonesia          : 4. Meliuk dan menerjang

Capaian Pembelajaran Pendidikan Pancasila:

1.   Mengenali karakteristik fisik dan non-fisik orang dan benda yang ada di lingkungan sekitarnya. 

2. Memahami bahwa kebinekaan dapat memberikan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman dan pemahaman yang baru.

Capaian Pembelajaran Matematika

Pada akhir fase B, peserta didik menunjukkan pemahaman dan intuisi bilangan (number sense) pada bilangan cacah sampai 10.000. Mereka dapat membaca, menulis, menentukan nilai tempat, membandingkan, mengurutkan, menggunakan nilai tempat, melakukan komposisi dan dekomposisi bilangan tersebut. Mereka juga dapat menyelesaikan masalah berkaitan dengan uang menggunakan ribuan sebagai satuan.peserta didik dapat melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah sampai 1.000. Mereka dapat melakukan operasi perkalian dan pembagian bilangan cacah sampai 100 menggunakan benda-benda konkret, gambar dan simbol matematika. Mereka juga dapat menyelesaikan masalah berkaitan dengan kelipatan dan faktor. Peserta didik dapat membandingkan dan mengurutkan antar-pecahan dengan pembilang satu (misalnya,) dan antar-pecahan dengan penyebut yang sama (misalnya, ). Mereka dapat mengenali pecahan senilai menggunakan gambar dan simbol matematika. Peserta didik menunjukkan pemahaman dan intuisi bilangan (number sense) pada bilangan desimal. Mereka dapat menyatakan pecahan desimal persepuluhan dan perseratusan, serta menghubungkan pecahan desimal perseratusan dengan konsep persen.

BaCapaian Pembelajaran Bahasa Indonesia

Si    1.  Peserta didik mampu memahami ide pokok (gagasan) suatu pesan lisan, informasi dari media audio, teks   aural (teks yang dibacakan dan/atau didengar), dan instruksi lisan yang berkaitan dengan tujuan berkomunikasi.

2.       Peserta didik mampu memahami dan memaknai teks narasi yang dibacakan atau dari media audio.

3.       Peserta didik mampu memahami pesan dan informasi tentang kehidupan sehari-hari, teks narasi, dan puisi anak dalam bentuk cetak atau elektronik.

4.       Peserta didik mampu membaca kata-kata baru dengan pola kombinasi huruf yang telah dikenalinya dengan fasih.

5.       Peserta didik mampu memahami ide pokok dan ide pendukung pada teks informatif.

6.       Peserta didik mampu menjelaskan hal-hal yang dihadapi oleh tokoh cerita pada teks narasi.

7.       Peserta didik mampu memaknai kosakata baru dari teks yang dibaca atau tayangan yang dipirsa sesuai dengan topik.

8.       Peserta didik mampu berbicara dengan pilihan kata dan sikap tubuh/gestur yang santun, menggunakan volume dan intonasi yang tepat sesuai konteks.

9.       Peserta didik mengajukan dan menanggapi pertanyaan, jawaban, pernyataan, penjelasan dalam suatu percakapan dan diskusi dengan aktif.

10.   Peserta didik mampu mengungkapkan gagasan dalam suatu percakapan dan diskusi dengan mematuhi tata caranya.

11.   Peserta didik mampu menceritakan kembali suatu informasi yang dibaca atau didengar dari teks narasi dengan topik yang beraneka ragam.

     Peserta didik mampu menulis teks narasi, teks deskripsi, teks rekon, teks prosedur, dan teks eksposisi dengan rangkaian kalimat yang beragam, informasi yang rinci dan akurat dengan topik yang beragam.

Capaian Pembelajaran Seni Budaya:

1.       Elemen Mengalami (Experiencing)

Peserta didik mampu mengamati bentuk penyajian tari berdasarkan latar belakang serta mengeksplorasi unsur utama tari sesuai level, perubahan arah hadap, dan desain lantai.

2.       Menciptakan (Creating)

peserta didik mampu mengidentifikasi dan membuat gerak dengan unsur utama tari, level, perubahan arah hadap.

3.       Berpikir dan bekerja artistik (Thinking and working artistically)

peserta didik mampu menunjukkan hasil tari kelompok dengan bekerja secara kooperatif untuk mengembangkan kemampuan bekerja sama dan saling menghargai demi tercapainya tujuan bersama.

4.       Merefleksikan (Reflecting)

peserta didik mampu menilai pencapaian dirinya saat melakukan aktivitas pembelajaran tari

5.       Berdampak (Impacting)

peserta didik mampu menumbuhkan rasa cinta pada seni tari yang berpengaruh pada kemampuan diri dalam menyelesaikan aktivitas pembelajaran tari.

                                                 Muslim Waving GIF - Muslim Waving Hi GIFs

Apa kabar anak sholih sholihah.........
Semoga kalian semua dalam keadaan sehat walaf'iyah ....
Anak sholih sholihah, tujuan pembelajaran hari ini : Peserta didik mampu menjelaskan mengidentifikasi keragaman budaya di Indonesia, melakuan taksiran, membuat kalimat dengan majas personifikasi  belajar toleransi dari  permainan tradisional.

Pendidikan Pancasila

 mari simak dan tonton video tentang keragaman budaya di Indonesia berikut!






MATEMATIKA
TAKSIRAN

Berapa biaya yang harus dibayarkan untuk semua siswa dalam puluhan ribu?

Rp19.000×315

1. Untuk memperkirakan biayanya, bagaimana kamu menganggap Rp19.000,00 dalam nilai ribuan?

Bagaimana kamu menganggap 315 siswa dalam nilai ratusan?

2. Ayo, perkirakan biaya dengan perkiraan angka.




1. Rp 19.000,00 >> dianggap sebaai 20.000, 00 an >> Untuk perkiraan biaya nilai ribuan adalah Rp 20.000 an.

Sementara untuk 315 siswa dianggap nilai 300 an siswa.

2. Perkirakan biaya dengan perkiraan angkanya adalah:

= Rp 19.000 x 315 >> Rp 20.000 x 300

= 6.000.00



BAHASMajas Personifikasi

Majas adalah gaya bahasa yang menggunakan kiasan untuk menyampaikan pesan atau maksud. Makna yang ditunjukkan dalam majas bukanlah makna sebenarnya, melainkan makna konotatif.

Majas digunakan agar pembaca lebih menangkap atau membayangkan gagasan, suasana, atau perasaan yang dimaksud oleh penulis. Di samping itu, penggunaan majas dapat memberikan efek tertentu yang lebih kuat atau lebih indah.

Mari kita lihat contoh berikut.
1. Petugas pemberangkatan meniup peluit sebagai tanda kereta api segera berangkat.
2. Peluit petugas memekik-mekik memanggil penumpang kereta api untuk bergegas.

Pada kalimat kedua, desakan waktu lebih terasa dibanding pada kalimat pertama. Kalimat kedua menggunakan majas yang menggambarkan seolah-olah peluit dapat berperilaku sebagai manusia: memekik-mekik memanggil penumpang.

Majas seperti ini disebut majas personifikasi, yaitu majas yang membandingkan benda-benda tak bernyawa seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia.

Bacalah dengan baik teks berikut ini, lalu ceritakan kembali dengan kalimat kalian sendiri.

Tepuk Bulu
Indonesia masih merajai dunia olahraga bulu tangkis. Pada setiap generasi, selalu ada pemain bulu tangkis Indonesia yang menorehkan prestasi. Dunia mengingat Indonesia pernah meraih sepasang medali emas di Olimpiade 1992.

Bulu tangkis, yang juga disebut badminton, termasuk olahraga populer di dunia. Bulu tangkis tumbuh dan berkembang pesat dari hari ke hari. Buktinya sekarang banyak negara yang menunjukkan peningkatan prestasi. Padahal sebelumnya, bulu tangkis didominasi oleh Tiongkok, Indonesia, Malaysia, Korea Selatan, dan Denmark.

Bulu tangkis sendiri adalah cabang olahraga yang berusia sangat lama. Dulunya, alat untuk bermain bulu tangkis menggunakan tongkat sederhana sebagai raketnya dan buntalan wol sebagai bolanya. Lamalama permainan bulu tangkis dikenal banyak orang.Tongkat pemukul diganti raket yang lebih modern. Bola wol diganti bola dari bulu yang disebut kok. Tata cara memainkannya pun dirumuskan agar seragam. Olahraga tepuk bulu ini perlahan meniti tangga menjadi favorit dunia.

Dalam pertandingan percobaan di Olimpiade Munich (Jerman) pada 1972, Indonesia mampu menyumbangkan dua medali emas melalui pemainnya, Rudi Hartono dan pasangan ganda putra Ade Chandra dan Christian Hadinata. Sejak itu, Indonesia makin bersemangat mengumpulkan berbagai medali kejuaraan dalam pertandingan badminton tingkat dunia. Total ada 19 medali yang terkumpul dari pesta olahraga terbesar dunia tersebut.

Bahas Bahasa
Majas Personifikasi
Majas adalah cara penyampaian melalui kiasan. Personifikasi artinya diumpamakan seperti manusia. Majas personifikasi adalah jenis kiasan yang mengumpamakan benda mati dapat bertingkah laku seperti manusia.

Pada teks “Tepuk Bulu” terdapat beberapa kalimat yang menggunakan majas personifikasi. Dapatkah kalian menemukannya? Salin di buku tulis kalian!

Kalimat yang menggunakan majas personifikasi dalam teks “Tepuk Bulu”:
  1. Indonesia masih merajai dunia olahraga badminton.
  2. Dunia mengingat Indonesia pernah meraih sepasang medali emas di Olimpiade 1992.
  3. Bulu tangkis tumbuh dan berkembang pesat dari hari ke hari.
  4. Olahraga tepuk bulu ini perlahan meniti tangga menjadi favorit dunia.
  5. Sejak itu Indonesia makin bersemangat mengumpulkan berbagai medali kejuaraan dalam pertandingan bulu tangkis tingkat dunia.
  6. Bulu tangkis sendiri adalah cabang olah raga yang berusia sangat lama.

Latihan
Untuk kegiatan ini, kalian perlu bekerja berpasangan dengan teman.
  1. Perhatikan benda-benda di sekitar kalian. Misalnya pensil, sepatu, sapu, pohon, daun, matahari, dan sebagainya.
  2. Bayangkan benda itu dapat bertingkah laku seperti manusia. Sesuaikan dengan keadaannya saat ini. Misalnya kalian melihat teman kalian menulis dengan pensil. Pensil itu bergerak di atas kertas. Kalian bisa membuat sebuah kalimat majas personifikasinya: Pensil Dita menari-nari di atas kertas dan bercerita tentang liburan sekolah.
  3. Kalian dapat menuliskan majas personifikasi yang sudah kalian temukan di selembar kertas, lalu buatlah hiasan dan gambar yang sesuai.
  4. Tempelkan atau pasanglah karya kalian pada papan pajangan di kelas.
Majas

  1. Pensil Dita menari-nari di atas kertas dan bercerita tentang liburan sekolah.
  2. Kupu-kupu menari indah di antara bunga.
  3. Bunga-bunga mengangguk menyambut kehadiran sang surya.
  4. Setiap pagi alarm handphone bernyanyi membangunkanku dari kesiangan
  5. Matahari tersenyum manis menyapaku di pagi hari

Demikian pembahasan mengenai Majas Personifikasi Pada Teks “Tepuk Bulu”. Semoga tulisan ini bermanfaat.

SENI BUDAYA
aat ini anak-anak dibanjiri dengan permainan digital melalui alat-alat elektronika. Dengan permainan digital itu anak merasa tidak perlu bermain dengan teman sebayanya. Oleh karena itu, permainan tradisional menjadi jurus ampuh agar anak-anak kembali kepada nilai-nilai kebersamaan. Hal tersebut setidaknya diutarakan Zaini Alif dari Komunitas Hong saat di acara Festival Permainan Tradisional Anak Indonesia.

Zaini Alif mengatakan, “Permainan tradisional itu aset budaya bangsa yang sekarang mulai ditinggalkan, karena munculnya gadget. Kita tidak antipati pada gadget, tapi bagaimana menyeimbangkan gadget dengan permainan tradisional, karena permainan tradisional mengajarkan nilai, etika, dan identitas budaya bangsa.”
Permainan Jamuran
“Banyak permainan tradisional di Indonesia yang tidak hanya menyajikan keseruan, tapi juga kaya nilai-nilai. Misalnya di Jawa ada permainan dingklik oglak aglik, di Sunda ada perepet jengkol, dan sebagainya. Keragaman itu mengajarkan bagaimana kita toleran atas perbedaan. Jadi perbedaan bukan menjadi sesuatu yang harus diperdebatkan, justru itu bisa menjadi suatu keunggulan,” kata Zaini.

Anak-anak zaman sekarang merupakan generasi emas para pemimpin bangsa di era 100 tahun Indonesia. Kita mengharapkan tiga puluh tahun lagi generasi ini adalah generasi yang dapat mengenali keragaman bangsa, bertoleransi, serta menjaga dan melestarikan kebudayaan.
Sumber: lifestyle.liputan6.com

Ayo Berdisiskusi
  1. Tulislah peristiwa pada teks “Belajar Toleransi dari Permainan Tradisional Anak”. Peristiwa pada teks: digelarnya acara Festival Permainan Tradisional Anak.
  2. Keragaman apa yang disebutkan pada teks? Keragaman yang ditunjukkan pada bacaan: keragaman budaya berupa permainan tradisional.
  3. Sikap apa yang dapat siswa tiru dari teks? Sikap yang dapat ditiru dari bacaan: melestarikan kebudayaan dan toleran atas keragaman budaya.
  4. Apa yang sebaiknya dilakukan siswa dalam upaya ikut melestarikan permainan tradisional? Untuk melestarikan permaian tradisional dapat dilakukan dengan memainkan permainan tersebut baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Permainan tradisional merupakan permainan sederhana dimainkan oleh anak-anak jaman dulu. Kebanyakan permainan ini  memang dilakukan dengan cara kelompok. Kehidupan masyarakat di masa lalu yang bisa dibilang tidak mengenal dunia luar menuntun mereka pada kegiatan sosial dan kebersamaan yang tinggi. Hal ini yang kemudian mendorong terciptanya beberapa jenis permainan tradisional.

Sayangnya perkembangan jaman khususnya perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat jenis permainan ini perlahan mulai menghilang. Beberapa macam permainan tradisional antara lain sebagai berikut : Gobag Sodor, Delikan, Ingkling, Benthik, Dakon, Jamuran, Eggrang, Bebentengan, Sunda Manda, Maqgalaceng, Allogo, Ceklen dan masih banyak yang lainnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selasa, 19 Maret 2024

Rabu, 20 Maret 2024

Senin, 29 April 2024